Pekanbaru memiliki dua Samsat yakni Samsat di jalan Jendral Sudirman
di depan MTQ dan Samsat di jalan Gadjah Mada.Kemarin (29 November 2013)
tepat jam 08.00 saya tiba di Samsat di depan MTQ, saya memilih Samsat
ini karena lebih dekat dari rumah (Marpoyan) untuk membayar pajak
tahunan kendaraan bermotor (pembaruan STNK). Disinilah letak kekecewaan
saya, loket masih tutup tapi antrian warga sudah menumpuk. Akhirnya jam
08.30 mereka baru berbenah untuk membuka loket dan kasir nya.
Saya
masuk ke antrian loket paling ujung yaitu loket 1 untuk menyerahkan
semua berkas yang diperlukan. Sebelumnya saya mau mengatakan bahwa KTP
saya tidak ada yang asli (foto copy) karena sedang dalam masa pengurusan
pindah rumah ke alamat yang baru (sebelumnya saya tinggal di senapelan)
dan saya menyertakan surat keterangan dari kantor camat Marpoyan Damai
bahwa KTP dan KK dalam proses pengurusan.
Hasilnya semua berkas
ditolak, saya harus menemui Pamin yang ada di sana meminta Acc agar bisa
membayar pajak. Oke saya lakukan, saya keruangan Pamin yang ditunjukkan
oleh seorang pegawai yang ada di loket tersebut. Tapi saya kecewa lagi,
ternyata Pamin nya tidak ada di tempat dan saya pun di suruh menunggu.
30 menit berlalu saya bertanya kepada pegawai yang melintas di depan
saya: “Maaf ibuk, Kemana ya Pamin nya?, dari tadi saya menunggu disini
tapi Pamin nya tidak ada.” Hanya senyum manis dan gelengan kepala yang
saya terima, tidak ada jawaban memuaskan hanya jawaban agar saya terus
menunggu saja, satu jam pun berlalu jam sudah menunjukkan pukul 09.40.
karena tidak mendapatkan hasil, akhirnya saya pun mulai emosi dan
bertanya lagi dengan nada yang agak tinggi dengan seorang pegawai
laki-laki paroh baya yang berada tepat didepan ruangan Pamin tersebut.
“Sampai kapan saya harus menunggu? Apakah Pamin nya ada hari ini? Apakah
tidak ada yang bisa menghubungi beliau bahwa ada yang mencarinya?” saya
pun tidak lupa untuk menanyakan siapa nama Pamin nya, jawabannya
sungguh tidak menggenakan, Pegawai laki-laki paroh baya itu menjawab:
“Tunggu saja nak, nanti juga datang kok, nama Pamin nya Ibu berinisial N
dan beliau seorang Polwan. Saya pun kembali menunggu. Lalu ada pegawai
disana yang mungkin dari tadi memperhatikan kegelisahan saya dan
menyuruh untuk langsung ke Samsat Gadjah Mada saja, karena sepertinya
Pamin nya tidak akan datang. Saya pun tak ingin buang-buang waktu karena
hari itu adalah hari terakhir jatuh tempo dan bertepatan dengan hari
jum’at yang notabene kantor akan pulang lebih cepat dari hari biasanya.
Jam
10.10 sampailah di Samsat Gadjah Mada, disinipun saya kembali kecewa,
padahal sudah dikatakan bahwa saya dari Samsat di depan MTQ menunggu Acc
Pamin agar bisa membayar pajak. Dari loket 1di oper ke loket 3, disini
saya memperlihatkan semua berkas-berkas yang saya miliki, berkas pun di
tolak dengan alasan yang sama yaitu KTP saya tidak asli. Baiklah karena
saya sudah mengerti jalurnya maka saya langsung bertanya: “Apakah saya
harus menemui Pamin agar bisa membayar Pajak?”. Pegawai itu pun
menjawab: “Iya ibuk, silahkan keruangan yang dibelakang ini (beliau
menunjuk kearah satu ruangan yang saya cukup mengerti dimana ruangan
itu) tapi ibuk harus keluar dulu dari ruangan ini dan lewat pintu tengah
untuk sampai ke sana”. Agak bingung sebenarnya karena harus keluar
ruangan ini dan masuk lagi ke ruangan ini melalui pintu yang berbeda,
tapi semangat untuk membayar pajak hari ini juga masih berkobar. Lalu
saya keluar dan bertanya dimana pintu tengah nya, akhirnya sampai juga
di ruangan yang di tunjuk tadi.
“Assalamu’alaikum? Apakah benar
ini ruangan Pamin? Saya di suruh kesini untuk meminta Acc agar bisa
membayar pajak?” sapaan hangat saya pada dua orang wanita cantik yang
ada di sana. Lalu pertanyaan saya di jawab dengan sedikit humor (mungkin
bermaksud agar lebih akrab) : “Di sini tidak ada Pak Amin, yang ada Ibu
N….” Mendengar jawabannya langsung rasanya darah saya berhenti mengalir
untuk sesaat, batin saya bertanya-tanya, bukankah ini orang yang saya
tunggu-tunggu hampir satu jam lebih? Kenapa beliau ada disini? Apakah
boleh dua Samsat dengan satu Pamin?.Pertanyaan saya buyar karena beliau
meminta agar menunjukkan berkas-berkas dan menanyakan apa masalahnya.
Saya pun menjelaskan bahwa KTP yang asli sedang masa pengurusan dan ini
surat keterangannya, di lihatnya sejenak lalu beliau bertanya apakah
saya punya SIM?. Ya tentu saja, SIM pun saya keluarkan, tapi tetap saja
tidak bisa di gunakan karena alamat di SIM adalah alamat rumah yang
baru, SIM di tolak, satu-satunya harapan untuk membayar pajak adalah Acc
dari beliau. Tidak lama melihat berkas-berkas Acc pun di dapatkan yakni
berupa tandatangan di balik STNK asli. Saya lega.
Keluar dari
ruangan langsung ke loket utama mengambil formulir SPT. Jangan bilang
kalau saya tidak kecewa lagi untuk kesekian kalinya. Ternyata loket nya
sudah tutup dan saya harus datang lagi besok pagi. Saya coba negosiasi
dan mengatakan bahwa pajak saya jatuh tempo hari ini, kalau saya
membayar besok pagi berarti saya di kenakan denda, apakah tidak ada
jalan lain untuk ini?. Akhirnya saya disarankan ke loket 3 untuk input
data, sampai di loket 3 saya mengatakan bahwa berkas nya di input saja
dulu karena hari ini adalah hari jatuh temponya, kalimat yang disarankan
oleh pegawai di loket SPT tadi. Tetapi berkas saya ditolak, saya di
oper ke loket 1, disini saya mengatakan hal yang sama. Lagi-lagi berkas
di tolak, dari loket 1 di oper ke loket 3, saya kembali lagi ke loket 3,
pegawai yang sama yang di loket 3 mengatakan untuk input data ke loket 2
saja, baiklah saya ke loket 2, lagi…lagi dan lagi berkas di tolak dan
saya di oper lagi ke loket 3. Ini entah keberapa kalinya saya berada di
loket 3 dan hal ini membuat kesabaran saya habis dan emosi pun tak
terbendung lagi. Saya marah dan mengancam jika saya di oper-oper lagi,
saya berjanji tidak akan datang lagi dan tidak akan membayar pajak ini
dan jika nanti saya ditilang maka saya akan mengatakan kepada polisi
untuk menilang anda-anda semua karena menghambat seorang warga negara
melunasi kewajibannya!!!
Mereka mengalah, semua berkas di input,
tetapi tetap harus datang besok pagi untuk mengisi formulir SPT.
Baiklah, saya menjanjikan akan datang besok jam 08.00. Tapi beliau
menyanggah, jangan jam 08.00 tetapi jam 08.30 saja dengan sedikit senyum
dibibirnya. Ingin tertawa sebenarnya dan geleng-geleng kepala sambil
berdumel di dalam hati betapa bobrok nya kinerja PNS di negri ini,
rasanya ingin berteriak untuk mengatakan bahwa sebenarnya anda-anda
disini di gaji pemerintah untuk bekerja dari jam berapa? (setahu saya
dari jam 08.00 – 16.00). Tapi saya urungkan karena sudah kehabisan
energi dan lebih memilih untuk pulang saja.
Keesokan harinya, saya
datang kesana pukul 09.30, saya isi formulir SPT, saya bayar kewajiban
saya, dan STNK baru pun di tangan, jangan dikira orang-orang seperti
saya tidak ada lagi, karena hari itu saya temui bapak-bapak separuh baya
yang mengalami nasib serupa, KTP nya tidak asli dan surat pengurusan
KTP nya tidak ada pula, alasan beliau karena waktu beliau mengurus e-KTP
tidak ada surat pengurusan yang diberikan, dan sampai sekarang e-KTP
pun belum diperoleh. Saya bantu meunjukkan mana-mana saja yang harus
beliau temui, tapi beliau sudah keliatan lelah, mungkin dari tadi dioper
kesana ke mari tanpa kejelasan yang pasti, beliau lebih memilih untuk
pulang saja dan berlalu pergi kearah pintu keluar. Miris melihatnya,
seolah-olah motto Samsat “Kepuasan anda adalah tujuan pelayanan kami”
yang terpampang indah di tengah-tengah ruangan hanya menjadi saksi bisu
betapa bobroknya kinerja PNS di negri ini yang harusnya professional,
amanah dan berkonstribusi secara nyata untuk melayani masyarakat.
Sejenak
saya berfikir, sesulit inikah membayar pajak? Jika membayar kewajiban
kepada negara saja sulit, bagaimana jika saya meminta hak sebagai warga
Negara?
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar