Minggu, 06 April 2014

SESULIT INIKAH MEMBAYAR PAJAK?

Pekanbaru memiliki dua Samsat yakni Samsat di jalan Jendral Sudirman di depan MTQ dan Samsat di jalan Gadjah Mada.Kemarin (29 November 2013) tepat jam 08.00 saya tiba di Samsat di depan MTQ, saya memilih Samsat ini karena lebih dekat dari rumah (Marpoyan) untuk membayar pajak tahunan kendaraan bermotor (pembaruan STNK). Disinilah letak kekecewaan saya, loket masih tutup tapi antrian warga sudah menumpuk. Akhirnya jam 08.30 mereka baru berbenah untuk membuka loket dan kasir nya. 

Saya masuk ke antrian loket paling ujung yaitu loket 1 untuk menyerahkan semua berkas yang diperlukan. Sebelumnya saya mau mengatakan bahwa KTP saya tidak ada yang asli (foto copy) karena sedang dalam masa pengurusan pindah rumah ke alamat yang baru (sebelumnya saya tinggal di senapelan) dan saya menyertakan surat keterangan dari kantor camat Marpoyan Damai bahwa KTP dan KK dalam proses pengurusan.

Hasilnya semua berkas ditolak, saya harus menemui Pamin yang ada di sana meminta Acc agar bisa membayar pajak. Oke saya lakukan, saya keruangan Pamin yang ditunjukkan oleh seorang pegawai yang ada di loket tersebut. Tapi saya kecewa lagi, ternyata Pamin nya tidak ada di tempat dan saya pun di suruh menunggu. 30 menit berlalu saya bertanya kepada pegawai yang melintas di depan saya: “Maaf ibuk, Kemana ya Pamin nya?, dari tadi saya menunggu disini tapi Pamin nya tidak ada.” Hanya senyum manis dan gelengan kepala yang saya terima, tidak ada jawaban memuaskan hanya jawaban agar saya terus menunggu saja, satu jam pun berlalu jam sudah menunjukkan pukul 09.40. karena tidak mendapatkan hasil, akhirnya saya pun mulai emosi dan bertanya lagi dengan nada yang agak tinggi dengan seorang pegawai laki-laki paroh baya yang berada tepat didepan ruangan Pamin tersebut.

“Sampai kapan saya harus menunggu? Apakah Pamin nya ada hari ini? Apakah tidak ada yang bisa menghubungi beliau bahwa ada yang mencarinya?” saya pun tidak lupa untuk menanyakan siapa nama Pamin nya, jawabannya sungguh tidak menggenakan, Pegawai laki-laki paroh baya itu menjawab: “Tunggu saja nak, nanti juga datang kok, nama Pamin nya Ibu berinisial N dan beliau seorang Polwan. Saya pun kembali menunggu. Lalu ada pegawai disana yang mungkin dari tadi memperhatikan kegelisahan saya dan menyuruh untuk langsung ke Samsat Gadjah Mada saja, karena sepertinya Pamin nya tidak akan datang. Saya pun tak ingin buang-buang waktu karena hari itu adalah hari terakhir jatuh tempo dan bertepatan dengan hari jum’at yang notabene kantor akan pulang lebih cepat dari hari biasanya.

Jam 10.10 sampailah di Samsat Gadjah Mada, disinipun saya kembali kecewa, padahal sudah dikatakan bahwa saya dari Samsat di depan MTQ menunggu Acc Pamin agar bisa membayar pajak.  Dari loket 1di oper ke loket 3, disini saya memperlihatkan semua berkas-berkas yang saya miliki, berkas pun di tolak dengan alasan yang sama yaitu KTP saya tidak asli. Baiklah karena saya sudah mengerti jalurnya maka saya langsung bertanya: “Apakah saya harus menemui Pamin agar bisa membayar Pajak?”. Pegawai itu pun menjawab: “Iya ibuk, silahkan keruangan yang dibelakang ini (beliau menunjuk kearah satu ruangan yang saya cukup mengerti dimana ruangan itu) tapi ibuk harus keluar dulu dari ruangan ini dan lewat pintu tengah untuk sampai ke sana”. Agak bingung sebenarnya karena harus keluar ruangan ini dan masuk lagi ke ruangan ini melalui pintu yang berbeda, tapi semangat untuk membayar pajak hari ini juga masih berkobar. Lalu saya keluar dan bertanya dimana pintu tengah nya, akhirnya sampai juga di ruangan yang di tunjuk tadi.

“Assalamu’alaikum? Apakah benar ini ruangan Pamin? Saya di suruh kesini untuk meminta Acc agar bisa membayar pajak?” sapaan hangat saya pada dua orang wanita cantik yang ada di sana. Lalu pertanyaan saya di jawab dengan sedikit humor (mungkin bermaksud agar lebih akrab) : “Di sini tidak ada Pak Amin, yang ada Ibu N….” Mendengar jawabannya langsung rasanya darah saya berhenti mengalir untuk sesaat, batin saya bertanya-tanya, bukankah ini orang yang saya tunggu-tunggu hampir satu jam lebih? Kenapa beliau ada disini? Apakah boleh dua Samsat dengan satu Pamin?.Pertanyaan saya buyar karena beliau meminta agar menunjukkan berkas-berkas dan menanyakan apa masalahnya. Saya pun menjelaskan bahwa KTP yang asli sedang masa pengurusan dan ini surat keterangannya, di lihatnya sejenak lalu beliau bertanya apakah saya punya SIM?. Ya tentu saja, SIM pun saya keluarkan, tapi tetap saja tidak bisa di gunakan karena alamat di SIM adalah alamat rumah yang baru, SIM di tolak, satu-satunya harapan untuk membayar pajak adalah Acc dari beliau. Tidak lama melihat berkas-berkas Acc pun di dapatkan yakni berupa tandatangan di balik STNK asli. Saya lega.

Keluar dari ruangan langsung ke loket utama mengambil formulir SPT. Jangan bilang kalau saya tidak kecewa lagi untuk kesekian kalinya. Ternyata loket nya sudah tutup dan saya harus datang lagi besok pagi. Saya coba negosiasi dan mengatakan bahwa pajak saya jatuh tempo hari ini, kalau saya membayar besok pagi berarti saya di kenakan denda, apakah tidak ada jalan lain untuk ini?. Akhirnya saya disarankan ke loket 3 untuk input data, sampai di loket 3 saya mengatakan bahwa berkas nya di input saja dulu karena hari ini adalah hari jatuh temponya, kalimat yang disarankan oleh pegawai di loket SPT tadi. Tetapi berkas saya ditolak, saya di oper ke loket 1, disini saya mengatakan hal yang sama. Lagi-lagi berkas di tolak, dari loket 1 di oper ke loket 3, saya kembali lagi ke loket 3, pegawai yang sama yang di loket 3 mengatakan untuk input data ke loket 2 saja, baiklah saya ke loket 2, lagi…lagi dan lagi berkas di tolak dan saya di oper lagi ke loket 3. Ini entah keberapa kalinya saya berada di loket 3 dan hal ini membuat kesabaran saya habis dan emosi pun tak terbendung lagi. Saya marah dan mengancam jika saya di oper-oper lagi, saya berjanji tidak akan datang lagi dan tidak akan membayar pajak ini dan jika nanti saya ditilang maka saya akan mengatakan kepada polisi untuk menilang anda-anda semua karena menghambat seorang warga negara melunasi kewajibannya!!!

Mereka mengalah, semua berkas di input, tetapi tetap harus datang besok pagi untuk mengisi formulir SPT. Baiklah, saya menjanjikan akan datang besok jam 08.00. Tapi beliau menyanggah, jangan jam 08.00 tetapi jam 08.30 saja dengan sedikit senyum dibibirnya. Ingin tertawa sebenarnya dan geleng-geleng kepala sambil berdumel di dalam hati betapa bobrok nya kinerja PNS di negri ini, rasanya ingin berteriak untuk mengatakan bahwa sebenarnya anda-anda disini di gaji pemerintah untuk bekerja dari jam berapa? (setahu saya dari jam 08.00 – 16.00). Tapi saya urungkan karena sudah kehabisan energi dan lebih memilih untuk pulang saja.

Keesokan harinya, saya datang kesana pukul 09.30, saya isi formulir SPT, saya bayar kewajiban saya, dan STNK baru pun di tangan, jangan dikira orang-orang seperti saya tidak ada lagi, karena hari itu saya temui bapak-bapak separuh baya yang mengalami nasib serupa, KTP nya tidak asli dan surat pengurusan KTP nya tidak ada pula, alasan beliau karena waktu beliau mengurus e-KTP tidak ada surat pengurusan yang diberikan, dan sampai sekarang e-KTP pun belum diperoleh. Saya bantu meunjukkan mana-mana saja yang harus beliau temui, tapi beliau sudah keliatan lelah, mungkin dari tadi dioper kesana ke mari tanpa kejelasan yang pasti, beliau lebih memilih untuk  pulang saja dan berlalu pergi kearah pintu keluar.  Miris melihatnya, seolah-olah motto Samsat “Kepuasan anda adalah tujuan pelayanan kami” yang terpampang indah di tengah-tengah ruangan hanya menjadi saksi bisu betapa bobroknya kinerja PNS di negri ini yang harusnya professional, amanah dan berkonstribusi secara nyata untuk melayani masyarakat.
Sejenak saya berfikir, sesulit inikah membayar pajak? Jika membayar kewajiban kepada negara saja sulit, bagaimana jika saya meminta hak sebagai warga Negara?

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar