Senin, 22 September 2014

Belilah Meski Tak Butuh

Sahabatku... Pernah melihat pemandangan ini

Raut wajahya menyiratkan perjuangan hidup yang begitu hebat. Mata sayu dengan fisik tak lagi kuat tak sedikitpun menjadikannya menyerah pada kerasnya kehidupan. 


Kakek berpenampilan sederhana, mengenakan kemeja putih kusam dengan celana kumal menjulur sebatas betis dan sepasang telapak kaki rentanya hanya dibalut dengan sandal jepit usang tanpa merk. Dibahunya yang ringkih, ia memapah barang dagangannya. Barang dagangan yang sangat sederhana, beberapa sapu hasil buatannya sendiri dan ember sebagai pelengkap. Ia tak bosan menyapa satu demi satu orang yang lewat, berharap dagangannya dibeli. Kebanyakan bahkan tak sempat menjawab tawaran sang kakek bahkan ada juga yang menolak dengan halus.

Lalu ada ibu-ibu yang datang membeli, lihatlah... raut wajah kakek kini begitu bahagia. Tapi si ibu masih menawar, menawar separuh harga, padahal harga yang di tawarkan sang kakek sudah murah, hanya 12 ribu saja, tapi si ibu menawar dengan harga 6 ribu. Diakhir transaksi, kakek melepas sapunya seharga 8rb. Kakek pulang dengan uang 8 ribu di tangan, bekal hidup untuk keluarganya, hari itu hanya laku satu sapu saja.

Lalu disebuah restoran mewah, kita sering menghabiskan beberapa ratus ribu untuk makan disana. Tak lupa seusai membayar Bill, kita tidak mengambil sisa uang kembali yang kadang mencapai 15-20 ribu sebagai tip.

Jika seandainya kakek penjual sapu, dibayar 20 ribu meski harga sapu hanya12 ribu. Ketimbang menawarnya, ia tentu pulang dengan langkah yang bahagia. Bisa membawakan makanan yang sedikit lebih baik dari biasanya untuk keluarga. Mungkin doa akan mengalir dari mulut-mulut kecil sang kakek yang teramat bahagia.

Sahabatku....
Membeli yang tidak kita butuhkan, melebihkan dari harga yang ditawarkan, atau memberi sesuatu kepada mereka ditengah kerasnya perjuangan hidup tapi mereka tetap bertahan untuk tidak meminta-minta. Maka pada akhirnya kitalah yang paling berbahagia, karena mereka begitu saja mendoakan kita dengan tulus. Mengapa kita membeli mahal tanpa menawar di tempat yang berkelas, lalu menawar sebisa mungkin saat belanja dipinggir jalan. Mengapa 20 ribu terasa mahal, saat kakek menawarkan sapu buatannya, dibanding kita yang mudah saja meninggalkan 20 ribu sebagai uang tip usai makan di sebuah restoran mewah.

Sahabatku... Belilah meski tak butuh, mereka hanya berharap kita membeli apa yang mereka jual. dan itu sudah cukup untuk membantu beban hidup mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar