Oleh karenanya, bisa dibilang ada puluhan orang
yang tiba-tiba terputus interaksinya dengan teman-teman lain karena
kesibukan masing-masing. Seorang teman kuliah saya sampai bbm di suatu
hari. Isinya permintaan maaf karena sudah lama tidak bbm, tidak
perhatian, tidak hadir dikala susah dsb. Karena memang cukup drastis
perubahannya, dari tiap hari kumpul di 1 ruangan, jadi tidak pernah
interaksi sama sekali.
Saya, yang sering mengaku-aku kalau memiliki needs
of affiliation yang rendah ini, pada dasarnya bukan orang yang
mengharapkan perhatian lebih dari orang-orang secara intensif. Bukan
orang yang kemana-mana harus ditemani, sering-sering ditelepon dan
diajak ngobrol, dsb. Makanya saya cuma menjawab “santai aja kali” dan
beberapa kata-kata lain.
Namun, kadang kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain bertambah kadarnya. Ada saat-saat dimana saya
ingin sekali mengobrol dengan teman-teman jauh, ingin
sekali disapa, berharap sekali ada bbm baru yang masuk di hp saya untuk
bertanya kabar atau sekedar meracau. Kalau sudah begitu, biasanya saya
berinsiatif untuk “say hi” pada kawan-kawan lewat bbm, cuma bilang
“ren…cuma nyapa doang”, “dil..kamu kangen ga sama aku?”, “dona..apa
kabaaar..”, dan sapaan-sapaan singkat lain. Kadang kebutuhan seperti itu berada di posisi puncaknya, yaitu
ketika saya ingin dibutuhkan, ingin dianggap spesial oleh orang
tertentu, atau bahkan ingin dinyatakan cinta. Aah..saya hanyalah manusia
biasa bukan? Jadi kadang saya memerlukannya juga.
Karena tidak semua yang kita inginkan bisa kita
dapatkan, maka pernahlah saya kecewa. Karena seringkali disaat seperti
itu, tidak saya dapatkan bbm manis itu di hp saya. Ahh..saya ini
sungguh manusia biasa, karena orang-orang
yang sering saya bbm, yang hampir selalu saya ingat kalau mau kirim
racauan, yang namanya berkelebat ketika saya ingin berdiskusi, yang
selalu membuat saya bahagia ketika berjumpa dengannya, bisa dibilang
hampir tidak pernah menghubungi saya duluan. Padahal kata saya dulu, melakukan
curhat pada orang lain itu adalah salah satu bukti, bahwa kita percaya
pada orang tsb. Entahlah. Maka
pernahlah saya marah ketika ingat balasan bbm seorang teman saya “kangen
deh di bbm-in kaya gini sama Dek”, sementara dirinya tidak pernah bbm begitu pada saya.
Ahh..saya ini memang betul-betul manusia biasa, maka maafkan jika akhirnya saya mulai malas untuk melakukan initiating say hi
lagi, malas untuk tanya kabar lagi, malas untuk bbm duluan lagi,
kecuali kalau saya benar-benar perlu. Maka sisi kelemahan seorang
manusialah yang membuat saya memilih untuk menunggu, dan tidak memulai.
Tapi alangkah malunya saya siang itu. Ketika saya
bertemu dengan salah satu kawan saya ini. Bertemu untuk mengembalikan
buku yang saya pinjam. Tempat janjian mendadak berubah, namun karena bbm nya masuk di saat saya sedang solat, saya telat membacanya, telat
juga ke tempat janjian. Saat saya datang dia sudah tidak ada, pergi
karena terlalu lama menunggu, padahal baru beberapa menit saja. Saya
lihat dia jalan beberapa puluh meter di depan, agak ragu kalau itu dia,
karena terlihat kurusan di mata saya, untuk memastikan saya telepon.
Ternyata benar, akhirnya saya kejar, saya lihat gurat kelelahan di wajahnya, mata yang sayu,
bahkan senyumnyapun terasa hambar. Pasti lelah sekali dia siang itu, sampai menunggu beberapa
menit saja dia enggan dan memilih untuk segera pulang dan istirahat.
“lagi banyak pikiran kali ya Dek”, katanya waktu saya tanya kenapa
kelihatan kurusan dan lesu sekali . Ah, saya benar-benar jadi malu,
uring-uringan dan berharap ditanya kabar, dari orang yang sebenarnya
lebih butuh penguatan dari saya.
Maka siang itu saya sadar, bahwa jika kita terus
menuntut, maka semakin besar peluang kita untuk kecewa. Jadi, marilah
kita belajar untuk memulai lagi. Kalaupun ini tepukan sebelah tangan,
maka biarlah tangan saya yang terus menjangkau untuk menepuknya, terus
dan terus menjangkau lagi, sampai menyentuh sebelah tangannya. Lagipula,
bukankah sebenarnya semua inipun saya yang paling banyak mendapat
manfaatnya? Bukankah saya yang harusnya banyak berterima kasih karena
mereka selalu rela berkurang kuotanya demi membalas bbm2 saya, bahkan
mungkin di sela-sela kepenatan hidup mereka? Ahh, mungkin inipun tidak
bisa dibilang tepukan sebelah tangan, karena sebenarnya tangan mereka
sudah ada disana untuk menjangkau tangan saya, saya saja yang tidak
menyadarinya.
#untuk beberapa temen yang telah merelakan
pulsanya untuk bbm atau sms tanya kabar, atau membalas pertanyaan-pertanyaan
saya, terimakasih banyak, sungguh berarti#