Senin, 24 Agustus 2015

Sakit Juga... Akhirnya

Setelah melewati hari-hari yang melelahkan sejak 3 bulan yang lalu. Dari momen PSB, Lebaran, Raker guru di skolahan, Bimbingan Tesis, dan lain-lain. Dimana fisik dan mental dikuras habis-habisan, kupikir bakal sakit tapi ternyata ga, he..he..hee... kuat juga aku.

Tapi ternyata akhirnya hari ini aku sakit, sebenernya dari kemarin tapi hari ini lumayan parahnya. Waktu disekolah dimana smua pada konsen upacara, nah aku konsen nahan mual yang sejadinya. Orang-orang yang ngeliat pada bingung “Dek kenapa, ko lemes banget?” Emang lemes banget, tapi anehnya bisa nyampe di skolah, bawa motor pula, gara-gara Upacara nih. Dan ini adalah hari kerja tersingkat yang pernah aku jalankan, datang jam 07.00 WIB dan pulang jam 08.00 WIB, waaahh bisa dituntut melanggar kode etik jam kerja nih.

Meskipun badan udah gak karu-karuan pulang kerja tetep aja mampir  ke kampus barang sebentar, Bimbingan tesis again. Dosenku yang baik hati nyuruh istirahat aja, soalnya kayaknya lemes banget, Temenku yang ngeliat sampe bilang “Dek ga jadi sakit?” dan dengan enteng kujawab “jadi ko!” 

Jreng...jreng...jreeeng.... malamnya alih2 mau dapatin surat sakit dari dokter sempet-sempetin pergi ke klinik deket rumah... eeehh dokternya pada manyun kekeh bilang harus dirawat padahal cuma mules ama beser2 doang,  katanya uda pucet banget, tapi aku gak bakal dapat surat sakit kalo kagak diinfus. Al hasil.. nunggu hampir 3 jam buat diinfus dan tangan kiri ama kanan beda ukuran, yang kiri setingkat lebih besar dari yang kanan. 

Mudah-mudahan sakitnya ga sampe besok, atau minimal ga sampe kamis. Hari kamis ada audiensi seminar internasional bo! tuh kan tesis lagi..

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Senin, 10 Agustus 2015

Ikhlas & Riya'

Ujian beramal adalah riya’ tapi jangan karena takut riya’ trus ga mau beramal. 

Waktu saya takut untuk nulis lagi, takut menggurui orang, kesannya kayak orang bener aja gitu, takut ujung-ujungnya malah riya’, trus saya jadi inget “kalo kita tidak jadi melakukan suatu amalan karena takut riya’ maka itulah riya’ sebenarnya tapi lakukanlah semuanya dengan ikhlas Lillahita’ala. 
Lalu saya buka lagi buku tentang ikhlas dan riya’, katanya, ikhlas itu ada di awal, tengah, juga akhir. bisa jadi kita melakukan sesuatu dengan niat ikhlas, tapi setelah dikerjakan, trus dilihat orang, ko kayanya menarik juga kalau dipamerkan nah datang tuh si riya’. Ikhlas di awal, tapi belok di tengah, bukan ikhlas namanya.
Bisa jadi kita melakukan sesuatu dengan ikhlas, hingga ia selesai dikerjakan. jauh setelahnya berselang, ada situasi dan kondisi berbeda, ko rasanya menyesal telah melakukan itu sebelumnya. Ikhlas di awal dan tengah, belok di akhir ini bukan ikhlas juga namanya. 
Al Harawi mengatakan : “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata : “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”. Abu ‘Ali Fudhail bin ‘Iyadh berkata : “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya”.


Wallahu'alam.. 

semoga kita tidak terjerumus dalam riya' dan selalu memperbarui niat agar selalu ikhlas